Pages

Thursday, March 10, 2011

Sayap: disebalik ujian


Sekumpulan burung yang ingin mencari makan
Sekumpulan burung dara sedang berkumpul di depan sarang mereka di sebuah pohon besar di dalam hutan. Keluarga besar burung ini  sedang bersiap sedia untuk terbang ke suatu tempat. Wajah-wajah riang menghiasi tingkah laku mereka.
Pada suatu hari, keluarga besar burung dara itu akan berangkat menuju ladang jagung yang bersebelahan dengan hutan tempat mereka tinggal. Naluri mereka seakan mengetahui yang hari itu ada banyaknya jagung lazat akan berserakan seusai pulangnya para petani.
“Ahh, sebuah tempat yang begitu mengasyikkan,” bisik hati seekor burung dara muda yang juga tak mahu ketinggalan. Dan, mereka pun mula mengepak-ngepakkan sayap masing-masing untuk siap siaga terbang ke ladang tersebut.
Sayangnya, sebatang dahan kering tiba-tiba terjatuh dan tepat menimpa seekor burung dara muda. “Aduh!” teriak sang burung spontan.
Dahan patah yang terjatuh dari ketinggian itu tepat menimpa sayap kanan sang burung. Ia pun merintih kesakitan.
Semua burung yang lain sudah  semangat terbang meninggalkan si burung dara muda yang masih di depan sarang. Begitu bersemangatnya mereka terbang, hingga lupa yang salah seekor saudara mereka masih tertinggal di depan sarang.
Kini tinggallah si burung dara muda merintih kesakitan. Beberapa kali ia mencuba terbang, tapi sayapnya yang luka masih sakit untuk digerakkan. ”Ah, mungkin sayap kananku patah!” keluh sang burung masih membayangkan tempat indah yang mungkin sekarang ini sedang dinikmati saudara-saudaranya.
Dalam kesendirian itu, ia mengeluh, ”Tuhan, kenapa kau timpakan kecelakaan ini hanya buatku seorang.”
Selepas beberapa jam ia tersadai di bumi disebabkan dahan yang menimpanya. Tiba-tiba, seekor burung dara terbang kecemasan dan nyaris melanggar sarang di mana si burung muda beristirahat. Ia pun terkejut apabila mendapati salah seorang saudaranya sudah berada  di depannya keletihan dengan beberapa luka di bagian pangkal kaki dan dada.
“Apa yang telah berlaku, saudaraku?” ucap si burung dara muda sambil memeriksa luka saudaranya. “Mana yang lain?” sambungnya.
Dalam keadaan keletihan, saudara burung itu pun menceritakan apa yang telah berlaku. ”Semuanya terperangkap dalam jerat yang dipasang manusia. Hanya aku yang berhasil lari,” ucap sang burung sebelum akhirnya terkulai.
Saat itu, si burung dara muda pun termenung. Ia seolah-olah bingung, apakah dengan keadaan patah sayapnya itu tuhan memberi kecelakaan kepadanya, atau sebaliknya. Si burung dara menghadapi ujian tapi saudara-saudaranya menghadapi ujian yang lebih berat lagi.
**
Dalam menggapai cita-cita hidup, selalu akan terjadi  ‘patah sayap’ yang dialami sebahagian kita. Boleh jadi ujian yang menimpa berupa musibah, tiada kerjaya, berhenti belajar disebabkan tiada kewangan, gagal dalam peperiksaan, dan sebagainya.
Nurani manusia, kita selalu merungut atas ujian yang ditimpa sehingga mengatakan, “Tuhan, kenapa Kau timpakan kecelakaan ini buatku seorang? Kenapa tidak pada orang lain?”
Kalau mata kita ada kemampuan untuk melihat hujung perjalanan waktu yang akan kita lalui, kalau  kita boleh mengintip dari celah tirai hikmah hidup yang akan lalui, mungkin hati dan lidah kita akan terucap, ”Terima kasih atas kecelakaan ini, wahai Yang Maha Menyayangi!”


No comments:

Post a Comment

Undi Anda adalah Rahsia